Aku Si Anak Perempuan Pertama
Hidup menjadi anak perempuan Pertama, dengan adik Perempuan juga. Mengingatkan sesuatu hal kalau saja aku bisa memilih mungkin aku mau apa dan apa aja yang selama ini dirasain.
Aku tulisan disini agar suatu saat bisa aku buka kembali, mungkin menghapusnya jika setidaknya sudah punya kesempatan baru dari rasa-rasa berikut untuk bisa berganti dengan rasa baru yang lebih menyenangkan.
1. Abang laki-laki yang bisa 24/7 nemenin. Karena menjadi anak perempuan pertama cukup menanggung beban. Walaupun bukan menjadi pressure sendiri dari orang terdekat, cuma need atau mencoba paling engga punya sosok lebih tua yang bisa dengerin segala keluh kesah. Tapi nyatanya tidak punya.
2. Terbiasa untuk menahan perasaan sendiri. Sehingga lupa untuk bisa jelasin apa yang sedang dirasakan. Karena terlalu punya komitmen buat cepat lupain biar gak jadi bekas emosi. Padahal, sharing about feeling is really important. Paling engga, bisa belajar merasakan tapi karena sudah terlalu sering membiarkan dan pingin cepet melupakan hal itu gak pernah dilakukan.
3. Mungkin dari Keluarga gak punya pressure khusus, tapi sebagai anak perempuan pertama di keluarga kerasa banget pressure buat punya hidup berkeluarga. Untuk saat ini aku belum bisa merasakan itu, bahkan memikirkannnya saja sudah takut. Karena keseringan memikirkan diri sendiri aja udah capek, masa mau nambah mikirin hidup orang lain juga tuh kayanya belum ada deh waktunya untuk saat ini. Cukup menguras pikiran hal itu sebagai anak perempuan pertama. Walaupun aku punya prinsip selalu berbaik sangka dengan takdir. Semoga mengikuti dengan hal yang baik.
Sekian, selamat malam!