Resensi Novel Azzamine : AU Jaemin NCT Viral
Ih daripada gue gila karena kebaperan sama karakter Azzam kaya di postingan blog sebelum ini. Mendingan gue bahas deh pelajaran yang gue dapet setelah baca Novel "Azzamine". Review buku gitu lah, tapi tenang bukan bahas bumbu-bumbu mengangumi Azzam aja kok. Hehe.
Oh iya sebelumnya gue mau Want To Pamer (WTP) dulu, kalau dirumah gue udah ada Novel Azzamine nya langsung setelah 1 hari sebelumnya gue selesai baca AU nya di twitter haha.
Semua berkat Syeni, gue bisa baca Novelnya juga secara langsung. Oke langsung ke beberapa poinnya:
Melunturkan Bias Patriarki Dalam Islam
Gue udah bahas mengenai streotip gue tentang laki-laki yang punya Ilmu agama tinggi, bisa menjadi aktor dari melanggengkannya patriarki.
Yap, memang di zaman gue sekarang. Maksudnya ketika gue mulai menginjak Remaja, gue beberapa kali mengikuti diskusi mengenai kesetaraan gender kemudian berlanjut ke masalah patriarki.
Patriarki sendiri gue maknai sebagai bentuk sistem sosial yang menempatkan salah satu gender mendominasi di segala aspek bidang kehidupan.
Dalam beberapa kejadian di Indonesia, memang patriarki ini seringkali dikaitkan dengan adanya dominasi laki-laki yang lebih kuat di sistem masyarakat. Padahal gak bisa terlepas juga dilakukan oleh perempuan yang bisa jadi dominasi.
Karena gue menganut kepercayaan bahwa gender apapun itu setara, jadi ya gue maknai bahwa Patriarki itu ya sistem dominasi. Walaupun banyak sih arti-arti lainnya dari berbagai pandangan yang berbeda. Tapi gue sukanya simple simple aja hehe.
Di Indonesia sendiri, kultur dari patriarki ini sebenernya masih sangat kerasa terutama yang dilakukan oleh gender laki-laki. Sebut saja, banyak beberapa peristiwa kekerasan terhadap Perempuan, terjadi karena adanya patriarki tersebut.
Baik itu kekerasan di ranah hubungan pernikahan/rumah tangga, pertemanan, pacaran bahkan keluarga. Beberapa data menggambarkan bahwa besarnya wanita yang menjadi korbannya.
Peristiwa tersebut menjadikan patriarki sangat melekat di society Indonesia. Bahkan sebagai negara yang agamais, dimana Islam menjadi agama mayoritas di masyarakat Indonesia.
Sehingga dominan bahwa ajaran agama Islam seperti laki-laki menjadi pemimpin, harus dihormati, dan harus taat atau mengikuti suami/laki-laki. Ajaran tersebut melanggengkan sistem Patriarki yang membuat Perempuan seringkali menjadi pihak yang harus tunduk dengan suami atau laki-laki.
Berkaitan dengan novel di Azzamanie sebenernya menggambarkan bagaimana hubungan antara laki-laki dan Perempuan dalam Islam. Terlebih untuk hubungan formal, yang diakui baik oleh agama dan negara yaitu Pernikahan.
Sebagai seorang Muslim yang masih minim Pengetahuan Islam, seringkali gue mengiyakan beberapa fenomena kekerasan terhadap Perempuan di ranah Keluarga/hubungan pernikahan itu masih terjadi karena faktor adanya relasi kuasa ajaran agama gue sendiri yang menyempatkan laki-laki menjadi aktor yang harus dipuaskan.
Adanya pandangan gue tersebut, karena memang benar terasa di beberapa peristiwa. Sebut saja yang sering ramai, adanya seorang ustadz/guru pesantren di Bandung tega mencabuli santriwatinya sendiri selama bertahun-tahun. Bejat banget kan. Padahal itu posisinya guru, yang pasti punya Ilmu Islam tinggi.
Kalian bisa baca beritanya disini:
https://m.liputan6.com/regional/read/4732357/fakta-fakta-guru-pesantren-di-bandung-cabuli-belasan-santri-hingga-hamil?new_experience=art_insertion
Bukan hanya peristiwa itu yang memang ramai diperbincangkan. Tetapi di beberapa masyarakat tidak terekspos, masih adanya pemaksaan nikah usia muda yang terjadi kepada perempuan setelah lulus SMA. Karena faktor dijodohkan, demi nama baik Keluarga atau memang karena faktor ekonomi.
Oke, dalam cerita novel ini karakter Raden Azzam Al-Baihaqi sendiri digambarkan sebagai sosok laki-laki agamais, lulusan Al-Azhar Khairo yang kembali ke Indonesia untuk bekerja sebagai Imam masjid, dan ustadz. Kemudian dijodohkan dengan seorang perempuan Haura Jasmine, Perempuan yang memang sudah dilihatnya dari sebelum berkuliah.
Memang, dalam cerita ini perjodohan terjadi dengan tidak adanya paksaan dari kedua pihak. Hal ini lah yang seharusnya menjadi poin bahwa, perjodohan boleh saja. Tetapi dilakukan dengan adanya keikhlasan dari kedua belah pihak/ pasangan. Bukan karena adanya hal yang dipaksakan seperti hawa nafsu semata atau faktor adanya pihak yang harus dihormati karena derajatnya yang lebih tinggi.
Dalam cerita ini juga, tergambarkan tokoh Azzam yang berilmu Islam tinggi ternyata sangat memuliakan Perempuan. Bukan hanya keluarganya, tetapi perempuan diluar itu. Seperti Jasmine, yang memang sudah ia sukai tetapi tetap menjaga tindakannya untuk tidak memaksakan apapun.
Karakter Azzam menghapuskan sedikit stereotip laki-laki Islam yang Patriarki. Bukan hanya dari ucapan atau dalih saja, tetapi juga diterapkan dengan segala tindakannya.
Belajar Setara Dalam Hubungan
Pandangan laki-laki Islam yang Patriarki diruntuhkan oleh tindakan yang dilakukan oleh Azzam dalam cerita novel.
Sebut saja, saat ingin melamar yang notabene dalam posisi dijodohkan tidak adanya unsur pemaksaan karena relasi agama Islam yang kuat. Padahal kalau diceritakan, Azzam dan keluarganya punya power yaitu pendidikan agamanya lebih tinggi. Namun, sepenuhnya dilakukan dengan sabar, tidak mengikuti hawa nafsu semata.
Dari cerita novel tersebut membuat gue berpikir bahwa Patriarki itu sebetulnya bisa diminimalisir dengan perlu adanya kesadaran kesetaraan yang dilakukan dengan tindakan.
Sebut saja, dalam hubungan suami istri yang dijalankan oleh Azzam dan Jasmine tidak pernah adanya pembagian tugas secara spesifik. Hal itu dikerjakan secara bersama.
Terlebih yang bikin gue takjub adalah, pekerjaan ranah informal dalam rumah tangga seperti menyuci, masak, membereskan rumah tidak menjadi persoalan bagi Azzam untuk harus dikerjakan istrinya, Jasmine. Bahkan tidak pernah adanya tuntutan untuk menjamu suaminya dengan baik, seperti harus pinter memasak. Semua itu menjadi tugas tanggung jawab bersama.
Walaupun memang cerita rumah tangga Azzam dan Jasmine hanya dikisahkan beberapa lembar di novel, tetapi terasa bagaimana Azzam yang seharusnya bisa menjadi pihak mendominasi tidak pernah terlukiskan pada setiap tindakannya.
Satu hal lagi, bahwa bukan hanya istri yang harus hormat dengan suami. Begitupun sebaliknya, suami juga tidak harus hormat dengan istri. Wacana hubungan yang dibangun dalam novel ini adalah hubungan setara, menutupi setiap kekurangan yang ada, bukan mengotak-ngotakan peran suami atau istri.
Pada intinya, dalam novel ini mengajarkan gue bahwa bukan ajaran Islam yang salah. Tetapi seringkali oknum atau orang sendiri yang menggunakan ajaran itu dengan tindakan yang salah. Kemudian Patriarki di masyarakat bisa dikikiskan dengan belajar untuk bertindak setara. Bukan cuma diomongin.
Gue sendiri, masih banyak belajar. But at least, cerita ini bisa jadi pembelajaran gue mungkin dalam memilih pasangan dan menjalin hubungan di masa depan. Bismillah dapat jodoh seperti Azzam (intermezzo sedikit). Aamiin. Hehe.
#bukuazzamine #novelazzamine #azzamine #reviewbuku #reviewnovel #aukpop #aujaemin #jaeminnct #jaemin #autwitter #kpopers